Dari atas terlihat pelabuhan (Tanjung Priok kali ya?) dan berderet-deret gedung pencakar langit, untung saja bukan pencakar pesawat terbang. Ada suara dari dalam pesawat yang mengingatkan penumpang untuk terus memasang sabuk pengaman dan tetap menonaktifkan handphonenya. Apa benar handphone bisa mengganggu penerbangan? Aku malah banyak melihat penumpang yang mendengarkan musik lewat headset yang terpasang dari handphone mereka selama penerbangan.
Aku menuruni tangga pesawat. Jadi kayak gini toh Bandara Cengkareng, eh Soekarno-Hatta, eh… yang mana sih yang bener. Ibu kepala perawat itu tersenyum dari jauh, dia memperlambat jalannya agar bisa barengan lagi. Namun ketika hendak menuju pintu keluar ia telah bertemu dengan seseorang yang menyambutnya dengan peluk cium.
Aku bergegas keluar, mencari seseorang yang memegang papan namaku dan akan mengantarkanku ke hotel Santika, begitu kata Panitia. Banyak penjemput yang menunggu dan berjajar di pagar pembatas. Tapi tidak ada satupun orang yang ku kenal, apalagi yang memegang papan atau kertas bertuliskan namaku. Satu jam aku menunggu dan bolak-balik konfirm panitia, akhirnya disarankan untuk naik taxi atau Damri yang menuju kawasan Slipi. Aku memilih naik Damri. Takut aja diculik kalau naik taxi.
Belakangan kutau Baca lebih lanjut
Filed under: Jalan-jalan | Tagged: cengkareng, jakarta, puntung rokok, santika, tanjung priok | 7 Comments »