• Tulisan Teratas

  • Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui email.

    Bergabung dengan 342 pelanggan lain
  • Blog Stats

    • 182.848 hits
  • Arsip

  • Internet Sehat
  • Kategori

  • Yang sudi mampir

    Habib pada Misteri Tokek Bag. I
    Abdi Jaya pada Pelarian
    angga pratomo pada Pelarian
    Abdi Jaya pada Melepas Jenuh di Pantai Ujung…
    wahyuancol pada Melepas Jenuh di Pantai Ujung…
    Olivia Paquin pada Karang Anyar, Bak Telaga …
  • Alexa Certified Site Stats for www.m4rp4un6.wordpress.com
  • Dukung Wisata Jogja

    Yogyakarta / Jogja
  • award-luv-ur-blog-dari-fanny1
  • Yang Singgah

  • Meta

Once Upon In Jakarta #3

Dari atas terlihat pelabuhan (Tanjung Priok kali ya?) dan berderet-deret gedung pencakar langit, untung saja bukan pencakar pesawat terbang. Ada suara dari dalam pesawat yang mengingatkan penumpang untuk terus memasang sabuk pengaman dan tetap menonaktifkan handphonenya. Apa benar handphone bisa mengganggu penerbangan? Aku malah banyak melihat penumpang yang mendengarkan musik lewat headset yang terpasang dari handphone mereka selama penerbangan.

Aku menuruni tangga pesawat. Jadi kayak gini toh Bandara Cengkareng, eh Soekarno-Hatta, eh… yang mana sih yang bener. Ibu kepala perawat itu tersenyum dari jauh, dia memperlambat jalannya agar bisa barengan lagi. Namun ketika hendak menuju pintu keluar ia telah bertemu dengan seseorang yang menyambutnya dengan peluk cium.

Aku bergegas keluar, mencari seseorang yang memegang papan namaku dan akan mengantarkanku ke hotel Santika, begitu kata Panitia. Banyak penjemput yang menunggu dan berjajar di pagar pembatas. Tapi tidak ada satupun orang yang ku kenal, apalagi yang memegang papan atau kertas bertuliskan namaku. Satu jam aku menunggu dan bolak-balik konfirm panitia, akhirnya disarankan untuk naik taxi atau Damri yang menuju kawasan Slipi. Aku memilih naik Damri. Takut aja diculik kalau naik taxi.

Belakangan kutau Baca lebih lanjut

Once Upon in Jakarta #2

Sebelum menaikkan tas ke dalam bagasi, aku sempat mengeluarkan buku untuk menemani perjalanan. Sebuah buku best seller yang pernah dipopulerkan di acara Kick Andy, judulnya Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Hmmm… bukunya benar-benar renyah seperti kerupuk.

Pramugrari nan cantik dan tinggi berseliweran, menaikkan beberapa tas penumpang dan menyusunnya ke dalam bagasi, potongan baju bagian perut mereka sering terangkat ketika harus menjulurkan tangan ke dalam bagasi sehingga ada pemandangan indah dari situ.

Rok mereka teruntai panjang hingga ke mata kaki tapi terbelah sampai ke paha, kira-kira hingga sejengkal di atas dengkul. Itu hanya terlihat sekali saja. Kalau berulangkali bisa jadi dosa kan. Ahli hikmah berkata kalau melihat atau melakukan kemaksiatan, ada kebijaksanaan dan ilmu yang akan hilang dari diri. Buru-buru aku membaca kembali buku yang kupegang,  mengembalikan ilmu yang hilang.

Tanda sabuk pengaman telah menyala, suara operator dari bagasi menyeru untuk memasang sabuk pengaman dan pramugari mempraktikkan cara-cara memasang sabuk, masker, pelampung dan menunjukkan buku panduan keselamatan. Ternyata mereka Baca lebih lanjut

Once Upon in Jakarta #1

Senang sekali mendapatkan kesempatan untuk ikut pelatihan dari kantor. Pelatihan itu diadakan di Jakarta, tepatnya di Hotel Santika, Slipi Jakarta. Ini pertama kalinya aku ke Ibu kota. Kasihan sekali… (alhamdulillah)

Perjalanan dimulai dari Meulaboh ke Bandara Polonia Medan. Polonia sudah tidak asing bagiku, entah berapa kali aku datang kesini, saat pergi ke Batam tahun 2008 lalu dan selebihnya mengantar atau menjemput saudara.

Di bandara, sebelum masuk ke ruang keberangkatan, seorang ibu dengan dua anak kecil bertanya tujuanku. Ternyata ia juga mau ke Jakarta untuk pertama kali. Jadi ia butuh teman. Tentu saja kami teman yang pas karena sama-sama tidak pernah ke Jakarta.

Saya akhirnya punya teman bercerita sambil menunggu waktu keberangkatan. Sedikit tentang ibu ini. Dia bermarga Sirait, seorang kepala perawat di RS. Gleneagles Medan yang menjadi peserta pelatihan tentang kesehatan yang dilaksanakan di Jakarta.

Tak lama kemudian, penumpang burung besi berlogo kepala singa merah diminta untuk naik. Kami bergegas dan akhirnya berpisah juga, karena nomor bangku kami terpaut jauh, si ibu masuk lewat pintu pesawat bagian depan, sedang aku lewat pintu belakang.

Nomor bangkuku ditengah diapit seorang bule dan seorang pemuda berambut ikal. Tapi aku lebih memilih ngobrol dengan pemuda berambut ikal ini, karena bahasa kami sama.

Dia seorang Baca lebih lanjut

Yang Dibilang Sukses itu…

Benarlah kalau kesuksesan itu sulit diukur. Orang yang memiliki mobil pribadi, tanah dimana-mana, rumah bertingkat dua, bisnis berkembang pesat, istri cantik, anak cerdas,belum mau dikatakan sukses.

Ada orang berpendidikan tinggi dengan prestasi yang mentereng dan dihormati kaum ilmuan juga tidak ingin disebut sukses. Salah satu alasan mereka tidak mau dikatakan sukses karena masih ada hal-hal yang belum mereka capai dan belum merasa puas dengan hasil yang didapat selama ini.

Alih-alih mengukur kesuksesan orang lain, diri sendiri juga belum mau dikatakan sukses. Ya iyalah, mobil pribadi belum ada, rumah pribadi juga tidak, pacar juga belum punya, pekerjaan juga belum menjamin hari tua. Apakah kalau itu semua dicapai sudah dikatakan sukses? Aku menjawabnya Baca lebih lanjut