Gadis itu datang kembali kemari, tetap seperti yang dulu. Suara yang lantang tak kenal siang atau malam, menyembur bagai petir menghantam gendang telinga jika ada sedikit yang mencandainya.
Gadis itu kembali dengan bentuk tubuh yang sudah berbeda saat ia dulu tinggal sejenak di sini dan pergi ke sana. Tak ada lagi tonjolan diperutnya layaknya seorang perempuan yang mendambakan buah hati untuk melanjutkan tongkat estafet keturunan dari darah dagingnya. Malangnya, itu adalah buah dari garapan orang yang tak dia tahu siapa…
Seperti penuturan orang-orang didekatnya kalau darah dagingnya yang masih berhak menyadap air susunya Baca lebih lanjut
Filed under: Cerpen | Tagged: akibat ulah jantan, gadis, kekerasan seksual | 36 Comments »