Dini Ku Terjaga

Entah apa yang membuat mataku terus terjaga. Padahal jarum jam sudah berteriak-teriak “pukul dua”. Sepertiga malam yang harusnya diisi dengan lantunan tahmid dan takbir malah menjadi mainan pikiran yang tak beraturan.

Mataku tak kunjung terpejam, tapi masih mengerjap menahan radiasi layar komputer. Kususun beberapa kata untuk menyampaikan hasrat yang tersembunyi, namun tuts yang paling banyak ditekan hanya del del dan del…

Matras yang terbentang di samping meja pun tak mempan merayuku untuk merebahkan tubuh. Lain mungkin ceritanya jika Spring bed yang teronggok disitu, pasti tubuhku akan bermain bersama pegasnya, melompat riang laksana terbang. Sama saja tetap tak tidur.

Apakah ini yang dinamakan cinta? Oh bukan… sama sekali tidak ada kaitannya dengan itu. Mungkin lebih tepat jika pertanyaan itu diganti dengan… Apakah ini yang dinamakan insomnia?

Aku menata kembali file-file di rak otakku, barangkali tak lagi tersusun dengan baik, kusut dan berserak sehingga perlu dibenahi agar dapat memilih mana yang prioritas, rencana jangka panjang, jangka pendek, jangka menengah, sehingga garis hidup sedikit lebih teratur.

Setelah menyusun berlembar-lembar file tersebut, kumasukkan kembali dalam memori. Setelah rapi tampaklah sekat-sekat yang tersisa, harusnya sekat kosong inilah yang mesti diisi dengan pengalaman berharga dan bernas.

Kini kudapat mengeja satu persatu isi dari file itu, gambaran yang tadinya samar perlahan benderang, bak lampu nelayan yang menuju pantai. Perlahan mulai tampak titik terang dan akhirnya kutemukan jawaban kenapa mataku belum terpejam sedini ini…

Bola… ya, bola. Aku sedang ngidam nonton bola. Karena akan ada pertandingan Tim Pujaanku, Real Madrid melawan Melon, eh… Milan pukul 02.45 WIB. Inilah ternyata penyebabnya…