• Tulisan Teratas

  • Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui email.

    Bergabung dengan 342 pelanggan lain
  • Blog Stats

    • 182.824 hits
  • Arsip

  • Internet Sehat
  • Kategori

  • Yang sudi mampir

    Habib pada Misteri Tokek Bag. I
    Abdi Jaya pada Pelarian
    angga pratomo pada Pelarian
    Abdi Jaya pada Melepas Jenuh di Pantai Ujung…
    wahyuancol pada Melepas Jenuh di Pantai Ujung…
    Olivia Paquin pada Karang Anyar, Bak Telaga …
  • Alexa Certified Site Stats for www.m4rp4un6.wordpress.com
  • Dukung Wisata Jogja

    Yogyakarta / Jogja
  • award-luv-ur-blog-dari-fanny1
  • Yang Singgah

  • Meta

Pelarian

Mobil Aerio ku udah beranjak dewasa. Umurnya sudah 20 tahun kurang dua bulan. Tapi denganku baru 5 tahunan. Alhamdulillah Alaa kulli hal. Ada kendaraan yang bisa meneduhkanku dari hujan dan panas.

Aerio 2003

Tentu banyak suka dukanya dengan mobil berjenis hatchback ini. Interiornya yang hanya terdiri dari dua baris dengan kabin yang luas cocok untuk keluarga kecil. Tapi aku sedang tidak ingin bercerita tentang suka dukanya. Biarlah kunikmati sendiri 😁

Aerio ini kubawa ke doorsmeer karena bodinya sudah kotor dengan banyak lumpur dan abu yang menempel disana sini. Layaknya manusia, mobil juga perlu dimandikan. Layaknya pakaian, mobil juga perlu dicuci. Tapi tidak sering-sering. Tidak baik buat kantong.

Disampingnya Aerio kulihat mobil lain yang juga sedang dicuci. Kijang Innova dan Honda Raize. Jangan dibandingkan dengan keduanya. Biarkan Aerio menjadi benda yang low profile. 😅

Mencuci mobil sebenarnya jarang kulakukan kecuali pertama, karena memang sangat kotor. Kedua karena lagi males di rumah.

Iya. Aku sedang malas di rumah, sehingga aku mencari tempat pelarian. Jurus ampuh pelarian yang tidak merugikan dan memberi manfaat ya ke doorsmeer. Disana aku dapat duduk sambil melihat-lihat postingan friend di medsos dan kemudian melamun dan hasilnya mobil sudah kinclong.

Mengenai malas di rumah… Itu sih karena ada sebabnya. Tapi gak baik kalau diceritakan. Nanti yg baca jadi tau.

Pastinya tempat pelarian ini sedikit meredakan kekecewaan. Memberi hati waktu untuk bersabar dan meluangkan waktu untuk introspeksi.

Selamat berakhir pekan yaaa

Sebuah Penantian

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, Jangan bercerita tentang anak pada orang yang belum memiliki anak karena itu dapat menambah penderitaan mereka. Tulisan ini bukan bermaksud untuk menambah penderitaan bagi siapa saja yang belum dikaruniai anak. Namun ini dimaksudkan adalah sebagai ungkapan tanda syukur atas kehadiran anugerah, titipan, kepercayaan yang ALLAH berikan kepada aku dan istriku untuk menerima kehadiran bayi yang insya Allah telah dikandung istriku.

Sesungguhnya, peristiwa ini adalah sebuah penantian yang cukup Panjang, melelahkan dan tentu saja tidak lepas dari pergumulan emosi, kekecewaan, kekhawatiran dan harapan yang bercampur aduk dalam setiap perjalanan waktu kehidupan yang dijalani. Fahamlah aku akan rasa “penderitaan” yang dimaksud Sayyidina Ali tadi. Melayari lautan dengan biduk rumah tangga selama 7 tahun lebih tanpa kehadiran seorang buah hati adalah penderitaan. Bagi laki-laki, itu adalah pembuktian kejantanannya dan bagi perempuan itu adalah pembuktian kesuburannya.

Saat Bersama teman, saudara dan keluarga maka acapkali akan berseliweran cerita tentang anak-anak mereka. Tampak kebahagiaan Ketika menceritakan sejauhmana perkembangan anaknya, kelucuan tingkah lakunya, kenakalannya selalu menjadi santapan telinga yang acapkali haruslah aku tampakkan antusias mendengar cerita mereka. Jika mendengar keseruan cerita mengenai anak mereka, maka rasa kerinduan ingin memiliki buah hati pun semakin memuncak. Terlebih manakala mendapatkan undangan seperti aqiqah dan syukuran penabalan nama bayi. Menghadirinya seperti menghadirkan kesedihan kedalam sanubari. Apabila mendapatkan pertanyaan, “sudah berapa anakmu?” maka cara menjawab yang elegan adalah dengan memohon doa dari yang bertanya untuk disegerakan mendapatkan buah hati.

Bagaimanapun, aku dan istriku tak pernah menghindari untuk menghadiri acara aqiqah maupun syukuran atas kehadiran buah hati jika diundang. Hadir dengan harapan semoga Allah menularkan kebahagiaan mereka kepada kami.

Pernah beberapa kali aku menghadiri kenduri penabalan nama bayi yang baru lahir di komplek tempat tinggalku. Pada saat acara pemotongan rambut bayi dengan menggunakan gunting, biasanya akan diawali orangtuanya terlebih dahulu, kemudian setelah itu orangtua dari kedua belah pihak suami istri, kemudian kerabatnya jika ada. Setelah itu ustadz yang melakukan penabalan nama. Ustadz ini seringkali menawarkan para undangan kenduri untuk ikut berpartisipasi menggunting rambut si bayi atau paling tidak mewakili satu diantara para undangan. Namun seringkali hal itu tidak berhasil. Maka cara lain yang dilakukan ustadz itu adalah dengan memanggil nama-nama yang diketahuinya sudah lama belum memiliki anak, akulah salah satu diantaranya yang mendapatkan panggilan. “Pak Jay, ayo Pak Jay, biar lekas nular.” Begitu komando dari sang ustadz. Maksudnya bukan tertular penyakit ya, tapi ketularan untuk mendapatkan momongan. Aku mengaminkannya berkali-kali dalam hati.

Dengan Langkah mantap dan senyum manis, aku menghampiri ayah dan bayinya. Kuminta izin kepada ayah si bayi kemudian kuambil gunting dengan tangan kanan dan kupegang beberapa helai rambut bayi dengan tangan kiri. Sambil mengucap basmallah dan berdoa “Ya Allah… (doa minta diberi buah hati dengan Bahasa sendiri) “Kress…” terpotonglah rambut si bayi dan bersamaan dengan itu, semua para undangan jadi tahu aku belum memiliki buah hati saat itu. Wkwkwk… Saat itu setiap ada kenduri penabalan nama, maka aku akan mendapatkan kesempatan untuk memotong rambut si bayi. Santai dan senang saja. Karena kutitipkan harapan pada Allah disitu.

Sampai suatu Ketika aku mendapatkan undangan kenduri penabalan nama bayi lagi. Saat itu istri sudah mengandung. Ketika Ustadz telah melakukan penabalan nama kuduga dia akan memanggil namaku untuk ikut memotong rambut bayi dan benar saja. “Ayo Pak Jay, biar lekas nular.” Begitu kata Ustadz itu. Beberapa orang yang hadir disitu menimpali, “Udah Ustadz, udah hamil istrinya.” Aku jadi terharu saat itu. Tapi tetap saja aku ikut memotong rambut si bayi. Ustadz itu pun senang mendengarnya sepertinya.

***

Kini aku akan bersiap menjadi seorang ayah. Anakku sebentar lagi akan keluar dari Rahim istriku. Aku senantiasa berdoa agar Allah memberikan keselamatan dan Kesehatan kepada istri dan bayiku. Setelah tahun ke-7 pernikahan barulah Allah hadirkan bayi di dalam Rahim istriku tentulah ada hikmahnya. Sudah menjadi qada dan qadar-Nya. Namun ikhtiar tidak pernah putus, nasehat dari para orangtua, orang yang dituakan, saudara, teman-teman semua dijabanin, dengan harapan hadirnya tawa dan tangis bayi di tengah-tengah kami. Kini aku menjadi suami SIAGA (Siap Antar jaGA) kata mereka, dan tentu saja memang aku harus siaga sampai aku mengambil sisa cuti untuk menjalani momen yang sangat berharga dan sangat penting ini. Begitupun doa senantiasa kupanjatkan pada Illahi Rabbi agar anugerah ini menjadikan kebaikan dan kebahagiaan. Aamiin

Katanya Mirip

Katanya kamu mirip Umar bin Khattab, tapi kamu raib ketika ada rakyat yang mengadu


Katanya kamu mirip Ali bin Abi Thalib, tapi kamu diam ketika rakyat meminta keadilan.

Lalu kuberikan padamu cermin, namun cermin kau retakkan.


Kuganti dengan kaca spion, supaya kamu melihat masa lalumu yang pernah berjanji mensejahterakan rakyat, bukan oligarki


Yang pernah kangen didemo
Yang marah waktu garam dan gula diimpor, yang janji bikin ekonomi meroket

Tapi kaca spion pun tak kau hiraukan

Karena kamu naik kereta kencana kekuasaan dengan mahkota raksasa yang membuatmu tak bisa menunduk

Kamu sekarang entah mirip siapa

Marah kepada Siapa?

Pagi itu Digol membawa sepedanya ke doorsmeer untuk menempel ban belakang sepedanya yang bocor. Jangan ditanya mengapa doorsmeer bisa menempel ban. Itu seperti bertanya mengapa ada odong-odong di ****mart.

Sedang asyik menonton pertunjukan memasak ban, tiba-tiba Digol dikejutkan suara nenek-nenek setengah berteriak dari arah samping teras doorsmeer.

“Pulang kau! Pagi-pagi udah melalak aja entah kemana. Capek orang mencarinya. Kupotong lah kau nanti”.

Mata Digol kearah sumber suara dan berpindah mencari target marah si nenek.

“Aneh. Gak ada orang pun. Siapa gerangan yang beliau marahi?”

Kepala Digol celingak-celinguk mencari. Tidak ada makhluk lain kecuali dilihatnya seekor Entok berjalan bergeol-geol kearah si nenek.

Anjay… Eh enjoy

Sungai Parbahingan, Indah namun Berbahaya

Sungai Parbahingan dinamai sama dengan keberadaannya yaitu di Desa Parbahingan Kec. Kotarih Kab. Serdang Bedagai. Untuk sampai menuju kesana tidaklah sulit, karena bisa dilacak melalui google map. Kondisi jalan juga lumayan baik, dapat dilalui kendaraan roda empat. Hanya saja ketika memasuki lokasi wisata tersebut, kontur jalan belum aspal dan banyak lubang disana sini. Kalau mobilnya ceper mesti lebih berhati-hati agar tidak menyeret batu.

Memasuki kawasan wisata Sungai Parbahingan ini kamu akan menjumpai pos yang akan menyetop kamu dan meminta uang kebersihan sebesar 15.000 kalo nggak salah (pake kwitansi padahal, tapi akunya lupa 😀). Setelah dari pos itu kamu akan menempuh jarak kira-kira 1 Km untuk sampai di sungai yang lebar itu.

Sungai Parbahingan

Sungai Parbahingan merupakan sungai dengan bebatuan yang landai dan air yang cukup deras. Kita bisa duduk berselonjor di atas bebatuannya sambil menikmati pijatan air. Jika ingin mendapatkan tendangan air yang lebih keras, cobalah duduk atau berdiri di bawah bebatuannya yang tinggi, tetapi harus hati-hati tergelincir dan terbawa arus.

Bagi kamu yang mau kesana untuk mandi-mandi atau hanya menikmati pemandangannya aku saranin…

11# Serial Kerajaan Bedogol – Gara-Gara Corona

Di hampir seluruh pelosok negeri, tersiarlah kabar buruk bahwa telah datangnya sejenis penyakit yang ditimbulkan oleh virus yang menyerupai flu yang dapat menyebabkan kematian. Kabar tersebut telah banyak terbukti karena banyak hulubalang telah menyaksikan melalui televisi dan berita media daring korban-korban yang berjatuhan dan menghembuskan nafas terakhir dengan rasa sesak dan batuk kering. Kerajaan Bedogol melalui Baginda raja memerintahkan seluruh rakyatnya untuk berhati-hati untuk tidak berkeliaran dan para hulubalang diwajibkan memakai masker baik ketika di luar istana maupun di dalam istana. Perintah ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menjaga keselamatan para hulubalang yang menggantungkan hidup mereka di istana. Jika satu hulubalang saja terkena, maka penularan bisa saja terjadi bahkan sampai kepada baginda raja. Apakah kamu tahu apa yang terjadi jika wabah sampai ke istana? Raja akan diisolasi, tetapi tidak bersama dayang-dayang yang cantik jelita seperti raja di negeri seberang sana, Thailand. Virus yang berbentuk mahkota bernama Corona itu tidak pandang bulu siapa yang dihinggapinya. Seolah-olah virus corona sedang mendapatkan panggungnya dan bernyanyi

Orang kaya mati, orang miskin mati

Raja-raja mati, rakyat desa mati

Situasi di kerajaan bedogol sedikit panik dan mulai menyalakan tanda bahaya. Kerajaan bedogol yang selama ini menerima upeti dari rakyatnya mulai mendapatkan imbas dari kemunculan monster kecil corona. Banyak diantara rakyat negeri bedogol kesulitan untuk membayar upeti karena rakyat kesulitan untuk bekerja. Selain karena rasa takut yang menghinggapi ketika berangkat bekerja dari rumah, rakyat juga kesulitan bekerja karena tempat mereka bekerja juga ditutup. Para nelayan takut melaut, ibu-ibu takut pergi ke pasar, pasar menjadi sepi, orang yang berjualan di pasar memasang wajah sedih karena dagangan mereka belum ada yang membeli. Jika ada yang membeli, itu karena mereka memiliki uang dan keberanian atau karena terpaksa. Para pedagang makanan mengeluh karena dagangannya tidak laku, akhirnya para pedagang makanan itu memakan dagangannya s endiri dibantu kucing dan ayamnya.